Aktivitas di Jakarta Gems Center Mulai Menggeliat
Seiring dengan ditetapkanya masa PPKM level 1 di wilayah DKI Jakarta, aktivitas perdagangan di Jakarta Gems Center atau Pasar Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur mulai menggeliat.
Pada akhir pekan, pengunjung bisa mencapai 200 orang
Pengunjung dari wilayah Jabodetabek maupun luar daerah, mulai banyak berdatangan ke pusat penjualan batu aji, permata, benda pusaka dan batu akik terbesar di Indonesia ini. Ada yang datang sendiri dan ada juga berkelompok. Mereka umumnya adalah para pedagang eceran dari daerah, serta pecinta batu cincin.
Menurut
Kepala Pasar Rawa Bening, Ahmad Subhan, jika saat PPKM level 2 pengunjung hanya sekitar 40 orang, tapi sekarang sudah mencapai sekitar 150 orang per hari.Personel Gabungan Bantu Pemindahan Perabot Warga ke Rusun CBU"Pada akhir pekan, pengunjung bisa mencapai 200 orang. Mereka rata-rata adalah para pedagang dari daerah. Seperti Bali, Yogyakarta, Solo, Semarang dan daerah lainnya," kata Subhan,Rabu (1/6)
Untuk meramaikan aktivitas perdagangan dan mendongkrak pendapatan pedagang, aku Subhan, pihaknya akan menggelar k
Kontes Baru Bacan jilid 2, pada 12 Juni mendatang.
Sementara, Darto Caswan, Ketua Koperasi Pasar Rawa Bening sekaligus Koordinator Pimpinan Kolektif Asosiasi Puspacakra (Pengrajin, Usahawan, Batu Aji dan Permata serta Aneka Kerajinan) mengaku, meski belum terlalu besar dibanding sebelum masa pandemi, namun saat ini dirinya sudah mulai bisa mendapatkan pemasukan.
"Meski omzet yang masuk baru sekitar satu juta rupiah, namun ini sudah cukup positif," ungkapnya.
Dia mengungkapkan, saat ini terbantu pemasaran melalui online. Itupun hanya untuk penjualan peralatan kerajinan. Seperti gerinda, alat gosok, bubuk inan untuk gosok batu, tempat cincin untuk pernikahan. Kemudian sirkon, cincin pengikat emas, perak dan sebagainya.
Disebutkan, untuk jenis batu aji yang dicari konsumen saat ini masih sebatas batu dengan harga murah. Seperti, jenis zirkon, opsidian dan batu akik murah seharga Rp 40 ribu-an. Sedangkan untuk jenis batu aji yang mahal harganya, belum ada peminatnya.
"Pengunjung dan wisatawan mancanegara maupun domestik yang datang hanya untuk melihat lihat saja. Hal ini karena perekonomian belum bangkit sepenuhnya. Apalagi batu aji, permata dan sejenisnya bukan merupakan kebutuhan pokok," pungkasnya.